Senin, 14 November 2016

percakapan sederhana aku dan ayah

Senja.. 
akhir-akhir ini ku lihat senja tak lagi nampak, senja seperti hilang ditelan bumi. senja tak lagi menyepuh langit yang selalu ku pandangi. beberapa hari ini hujan turun disore hari sehingga senja yang ku nantikan eloknya pun tak dapat ku nikmati, sudah sejak lama aku memperhatikan langit, pagi siang bahkan sore, semua menampakkan keelokkannya yang berbeda. suatu siang aku berjalan sendirian menampaki lantai dan jalan kecil keluar dari perpustakaan, langkahku santai dan tak terlalu cepat,  ku pandangi gedung baru yang hampir selesai didepan fakultasku, gedung itu sudah hampir tahun masa pembangunannya, gedung 10 lantai jika ku urut yang diperuntukkan untuk parkir dan perpustakaan baru, ahh rasanya sudah tidak sabar ku ingin menikmati gedung baru itu. yang buatku tertarik itu langitnya, langit diatas gedung itu, gedung yang ku pandangi setiap ku lewati. ku sudahkan, kelas matakuliah manajemen masjid sudah menantiku walau masih terhitung 30 menit lagi. langkah ku masih sama, santai ku susuri lantai  6  dan langkahku pun terhenti kembali, ku nikmati sejenak langit biru seperti lukisan deburan ombak lautan yang mempesona sekali. ku terdiam, ku nikmati lamat-lamat dan lebih jelas ku lihat dibanding ketika ku melihat didepan gedung baru itu. ahh ternyata waktu tak memberiku berlama-lama. ku sudahi
langit sore lagi-lagi ku nikmati namun kini dilangit kota Ihsan-ku kota kelahiran yang amat ku cintai setiap bagiannnya walau sudah mulai tergerus oleh ranah metropolis dimana-mana. senja dengan warna keemasan yang menyepuh langit. masih langit yang sama.
semakin merata ke seluruh cakrawala dan tenggelam ke peraduannya, magrib mulai tiba dan adzan bergemuruh ke seluruh penjuru. '
rembulan pun mulai nampak, ku bahkan tercengang melihatnya bersinar penuh keanggunan ditengah-tengah semesta maha luas, hanya satu bintang yang menemaninya kala itu.
ku tunjuk langit itu masih sangat elok bahkan tambah anggun karena disinari rembulan, masih melukis deburan ombak. "ayah lihat langitnya"kataku, "betapa indah ciptaan Allah lukisan semesta, bersyukurlah kita masih bisa menikmati keindahan ciptaanNya" kata ayah. aku mengangguk dan tersenyum. kami menikmati malam yang penuh keindahan itu. diskusi pun berlanjut dengan sang ayah. sekian 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar