KKN RASA NYANTRI
Oleh:
Laila Elvia Syahriah
Pertemuan Penuh Arti
Kuliah kerja nyata, itu adalah singkatan dari KKN. KKN adalah
bentuk pengabdian kepada masyarakat di daerah terpencil, hal yang pertama
terfikirkan tentang KKN adalah mengabdi kepada masyarakat, bertemu dengan orang
baru, dengan daerah baru dan pengalaman baru dan tentu saja pelajaran baru yang
berharga yang didapatkan dari KKN. Dan sampailah akhirnya di pertemukan dengan
kelompok KKN, pada hari rabu 13 april 2016 di auditorium Harun Nasution. Untuk
pertama kalinya kami bertemu tanpa saling mengenal sebelumnya, cukup terkejut
dan cukup senang pula karena kita pun akhirnya dipertemukan dengan orang baru
yang tentu lebih banyak pengalaman dan pelajaran berharga darinya dan belajar
lebih memahami perbedaan. Aku terpilih menjadi kelompok 079 dari 255 kelompok yang
tersebar di daerah Bogor dan Tanggerang. Personil kelompok 079 ternyata ada
Muhammad Gifari al-Qadri dari FEB Manajemen, Irvan Hidayat dari FAH SKI, Ahmad
Istikhori FU Tafsir Hadis, Chaerul Umam FISIP Ilmu Politik, Angga Firmansyah dari
FSH Perbandingan Mazhab dan Hukum, Aga Widyansyah FST Sistem Informasi,
Rismayanti Putri FAH BSI, Maya Kartika Laksmiwati FEB Manajemen, Risky Eriana
Sari FST Sistem Informasi dan Samha Nailufar dari FSH Hukum Keluarga. Kami
akhirnya bertemu dan saling memperkenalkan diri, dan pada hari itu menjadi
pertemuan kita yang pertama kalinya. Dan berlanjut ke pertemuan-pertemuan
selanjutnya untuk membicarakan mengenai struktur kepengurusan, dan rencana
kegiatan kita selama KKN nanti. Sejujurnya yang terbersit dalam hati adalah ketika
harus bekerjasama dalam kegiatan KKN dengan orang baru yang sama sekali tidak
mengenal karakter mereka masing-masing itu yang sulit dilakukan ketika KKN
nanti, karena banyaknya perbedaan sudah terbayangkan betapa sulitnya menyatukan
visi dan misi demi suksesnya KKN 2016 ini khususnya kelompok 079 yang baru saja
terpilih, karena yang aku fikirkan adalah ketika nanti berada dalam satu rumah
bersama mereka, mungkin harus adaptasi lagi dan benar-benar menjaga sikap agar
tidak menyakiti satu sama lain, karena bagiku belajar memahami perbedaan
karakter terkadang sulit juga. Apalagi kita semua dari latar belakang yang jauh
berbeda. Bagiku pertemuan pertama ini penuh arti, karena dari situ aku
setidaknya bisa menebak karakter mereka dipertemuan pertama. Ada yang terlihat
aktif, ramah, pendiam bahkan yang Cuma “manut-manut” saja, walau semua persepsi
awal bisa berubah ketika pada akhirnya dekat namun nanti ketika disana harus
belajar ekstra memahami perbedaan karakter mereka, demi harmonisnya kelompok
KKN ku.
Kkn Ala-Ala Nyantri
Kelompok kkn aku bernama Lentera yang berarti Learning,
nationality, environment, religious, active. Dilihat dari namanya kita
mempunyai filosofi semoga kita menjadi cahaya yang menerangi desa pangradin
dengan ilmu dan pengabdian kami ke masyarakat desa pangradin. Oh ya, desa yang
kami tinggali berlokasi di Desa Pangradin, kecamatan jasinga, Bogor. Kami
mempunyai ibu dosen pembimbing yang baik hati dan super duper perhatian dari
dosen tarbiyah bernama Dr. Sita Ratnaningsih, M.Pd. kami tinggal di bawah kaki gunung gede pangradin, tepatnya di
rumah salahsatu warga yang bernama pak ujang yang juga guru di SDN 02
Pangradin.
Pelepasan KKN pun akhirnya tiba, hari itu tepatnya tanggal 25 Juli
2016 di lapangan SC, 255 kelompok KKN resmi dilepas oleh pak rektor Prof. Dr.
Dede Rosyada, MA untuk mengabdikan diri ke daerah-daerah yang telah terpilih.
Akhirnya untuk pertama kalinya pula kelompok aku bisa lengkap tanpa kurang satu
apapun, kita mengadakan rapat sebentar di samping SC membahas teknis acara
pembukaan dan teknis pemberangkatan esok ke desa pangradin.
Hari itu pun tiba, selasa pagi kami bersiap berangkat ke desa.
Sebagian di motor dan sebagian di mobil, sebagian pula di mobil box sekalian
membawa barang-barang keperluan kita selama kkn. Tibalah aku (yang naik motor
-_-) di desa pangradin jam setengah 12 siang bagi yang mengendarakan motor,
disusul oleh mobil pribadi jam stengah 1 dan mobil box jam stengah 2. Baru
sadar kami semua belum sarapan dari pagi, dan kita tanya dengan bu wati
(salahsatu aparat desa) dimana tukang bakso yang enak, akhirnya ditunjukinlah
bakso pojok, katanya meski pojok tapi rasanya ga kalah deh sama yang lain. Dan
ternyata emang enak, makannya pun pake nasi karena saking laparnya (hahaha),
dan disitu aku ga sadar minum air cuka -__- , asli langsung pengen muntah,
karena botolnya sama seperti air minum (pengalaman pertama kali yang gak akan
dilupain deh). Hari pertama langsung naik motor ke pangradin satu buat nyari
es, karena panas dan saking capeknya. Disitu deh aku berkenalan dengan warga
pangradin satu yang punya “warung fiqli”.
Aku pun mulai beraksi, sore hari dimulai dengan beres-beres kamar
dan mandi masing-masing dari kita. Disitu aku mulai mengajak temen-temen kkn
yang banat (perempuan); maya, risma, kiki, samha. “setiap sholat kita jamaah
ya” kataku, “oke siap.. laila” begitu kata mereka. Dan betapa senangnya, alhamdulillah
bersyukur sekali dipertemukan dengan mereka yang benar-benar penuh pengertian,
karena setiap harinya kita tidak luput dari sholat berjamaah dan disusul setiap
magrib lantunan ayat suci al-Qur’an dari kita (yang banat), awalnya memang yang
perempuan aja, lambat laun yang banin pun ga mau kalah, mereka tadarusan
setelah magrib dan alhasil ba’da magrib lantunan ayat suci Al-Qur’an yang hanya
terdengar, dikamar banat, diruang tamu dan dikamar pak ujang serta abah.
Alhamdulillah nikmat sekali rasanya punya teman KKN yang mau berusaha menjadi
lebih baik lagi, hal sekecil itu saja rasanya begitu membahagiakan setiap
harinya tak luput untuk bersyukur satu kelompok dengan mereka yang amat
pengertian, dan imam setiap sholat selalu saja aku (karena mereka samasekali ga
mau gantian -__-), dan untuk yang banin berjamaahnya di masjid Ar-Rohmat yang
menjadi satu-satunya masjid di pangradin dusun 2. Akhirnya KKN pun jadi merasa
lagi nyantri di pesantren ^,^.. karena semua itu juga pesan bu nyai (di
pesantren darussunnah) kepadaku ketika hendak izin berangkat KKN “sholat jamaah
nya jangan ditinggalkan ya nduk” begitu dawuh beliau, alhamdulillah hingga
detik terakhir di pangradin sholat berjamaah pun tidak ditinggalkan (walau
tidak 5 waktu juga).
Malem hari pertama di pangradin dilewatkan dengan kesederhanaan.
Menu mie instan menjadi andalan plus pakai nasi karena memang hari pertama
belom belanja sayuran, setelah itu kita rapat kelompok untuk membahas teknis,
dan malam itu malam rabu 26 juli 2016. Ditengah-tengah rapat teknis acara pembukaan,
datanglah kelompok 81 dan 80 yang datang tiba-tiba, padahal kita masih membahas
teknis acara yang belum rampung. Disitu pula aku kenal dengan yang namanya
yazid, kofal, fahra, badroni orang-orang yang terkesan ngeselin (aslinya juga
sih) kalau di grup WhatsApp. Rapat pun memanas karena pada intinya kita justru
di pojokkan. Begitulah ritmenya~
Malam jum’at pertama di rumah pak ujang (tempat tinggal selama KKN),
sholat berjamaah bersama dengan banin dirumah dilanjut yasinan dan tahlilan.
Diimami oleh owi dan pembacaan yasin juga dipimpin olehnya, jadi anggap saja
dia adalah ustadznya Lentera. alhamdulillah lagi-lagi mereka itu bener-bener
buat aku terharu, bersyukur sekali, mereka yang mau diajak kebaikan, dan
bener-bener saling mengerti, hingga pada intinya aku bersyukur dipertemukan
dengan mereka. Dan ini yang namanya KKN ala-ala Nyantri.
Kegiatan kita selama disana dilakukan bersama, mulai dari masak,
ngecat tembok. Sampai pada akhirnya panggilan kesayangan kita itu mamah-papah.
Panggilan khas yang setiap pagi didengar adalah “mamah.. hari ini kita makan
apa” , begitulah ritme kehidupan rumah tangga di KKN lentera. Hari berganti hari makin terasa sekali rasa
kekeluargaannya, ada maya yang jadi chef kita, samha yang selalu rajin bangun
pagi, ada kiki rajin nyuci baju setiap hari, ada risma yang selalu nanya dan
dicatet nama-nama bumbu setiap kali masak, ada istikhori (owi) orang asli
betawi yang kocak orangnya, selalu komentar setiap masakan, yaa dia seperti
penilai masakan anak banat lah, ada irvan yang bantuin ngulek bahan-bahan yang
mesti diulek, ada gifari yang ga pernah ketinggalan sholat dhuha, ada aga
orangnya rada males tapi rajin juga kalo udah anak banat yang minta tolong,
umam yang ga pernah lepas dari hp kesayangannya karena selalu chatingan sama
windy~ahaaaiii, dan angga dipenghujung kebersamaan baru kerasa klopnya. Ya..
wajah-wajah mereka lah yang dilihat dari bangun tidur hingga tidur kembali.
30 hari dalam satu atap yang sama membuatku semakin merasa benar-benar
seperti keluarga.. ya keluarga baru bagiku karena buatku mereka lebih dari
sekedar teman saja. Satu hal yang tidak pernah ku sesali adalah bertemu dengan
mereka. Mereka dengan warnanya yang berbeda mampu menghiasku bak pelangi di
cakrawala kehidupanku. Sebut saja gifari ketua kelompokku dari FEB dia aktif di
LDK, yang paling rajin sholat dhuha diantara yang lain dan yang paling pertama
bangun subuh dari anak baninnya, sedikit melow orangnya, paling bawel nanyain
laporan mingguan, hal lucu yang paling diinget ketika dia nangkap tawon yang
nemplok di maya ketika lepas justru dia yang teriak (intinya disitu lucu banget
deh) dan waktu dia kalah main poker dan mukanya di coret-coret sampai dia
teriak-teriak ga jelas dan disitu aku sampai gemeter liat gifari karena kaget
liat dia begitu, paling seneng nonton film sendirian dan gak jauh-jauh dari
film prancis. Ada owi dari Ushuluddin asli betawi yang logatnya pake “e”
(padahal aku juga betawi tapi ga gitu juga. haha) paling seneng ngebantuin
(read:ngerecokin) masak, paling seneng ngomentarin masakan, dan paling peka
buat beli es batu, cemilan dan paling sering jajanin kita (sering-sering aja ya
bos.. ^,^). Ada irvan dari FAH SKI asli sunda Rumpin yang logat sundanya
cenderung lembut, orangnya sejarah banget karena selalu ngomongin sejarah kalo
lagi diskusi ringan sehabis makan, awal pertama bertemu menurutku orangnya
aktivis kampus yang “masa bodo” sama akademis ternyata setelah tinggal satu
atap dengannya semua persepsi itu berubah ketika tau dia suka menulis artikel
di beberapa media dan dunia memang sempit yah karena dia juga kenal dengan
iqbal syauqi temenku di darussunnah, selain itu orangnya sering bantuin (bukan
ngerecokin) masak, bantuin ngulek sambel dan pertanyaan pertama yang terlontar
dari dia ketika masuk dapur adalah “hari ini kita masak apa”, menurutku ya cuma
dia yang berkesan diantara yang lain (mungkin karena sama-sama suka nulis kali
yah ^,^). Ada aga yang katanya “anak kota” yang paling males mandi, tapi dia
yang paling peka buat bantuin cuci piring (emang udah jadwal piketnya sih -__-)
dibanding owi, rada kalem kalo udah chatingan sama pacarnya dan paling sering
dibuly sama anak banin. Ada umam yang paling kalem menurutku dan paling rajin
diantara yang lain, karena Cuma dia yang selalu nyuci baju tiap hari, dan
orangnya paling enak dimintai bantuan, dia anak politik yang kalo udah diskusi
nyambung banget sama irvan. Ada angga dari FSH, pertama kali bertemu ku kira
orangnya enak diajak kerjasama ternyata orangnya baper banget, kalo ngomong
suka bisik-bisik entah apa maksudnya -___-, di minggu-minggu awal sikapnya
cenderung ga klop sama kita, namun diakhir justru dia yang sering menawarkan
bantuan ketika di dapur, sering ngajak becanda yang banat dan dia pernah nanya
ke aku “seperti apa sih cowo yang keren menurutmu” katanya, namun ternyata dia juga
banyak fans nya dikalangan anak-anak -___-. Selanjutnya ada maya dia tinggal di
Bintaro sejurusan dengan gifari dan mereka klop banget sebenernya dan anggap
aja mereka berdua adalah mamah-papahnya lentera. Maya yang jadi chef utama di
kelompokku, dari masak-masak biasa sampai yang luar biasa bahkan tetangga
(kelompok 80) kebagian enaknya masakan maya, dia pinter banget ngatur keuangan
kita dengan super duper irit tapi tidak melarat, dan nyambung juga sama irvan
dan umam kalo udah diskusi, orangnya paling fleksibel, dan paling ga neko-neko.
Ada kiki dari FST yang jago design banner, contohnya baner untuk kkn lentera
dia yang ngedesign, paling rajin nyuci baju dan selalu jadi pengingatku ketika aku ngerasa kesel atau apalah, dan ucapan
andalannya “astagfirullah laila” dengan ekspresi wajah lucunya. Ada risma dari
sastra inggris yang jadi sekertaris kelompok kkn ku, orang yang pertama kali
deket denganku di kkn, orangnya rada baper memang dan walau terkadang nyebelin
juga (tenang saja, nyebelin juga bagian dari bumbu kehidupan biar terasa manis),
tapi urusan makan dia paling klop lah sama aku, paling sering diskusi tentang
proker sama aku. Dan terakhir ada samha dari hukum keluarga yang memang
satu-satunya yang sudah berkeluarga diantara kita yang banat, dia yang paling
sering ngajakin jajan cilung (aci digulung), dia paling flat, dan selalu paling
beda kalo diajak pake kostum yang dengan warna yang sama, satu hal yang ga
pernah dilupain, dia itu kalo cerita bikin kita serius dengerin sampai ga
percaya karena terdengar seperti hal yang baru namun ternyata diakhir dia
bilang “lagian percaya aja gue bohongin” asli deh dia bikin kita ngakak,
sekamar ditipu sama ceritanya samha, dan dia yang paling enak diajak
kerjasamanya apalagi kalo urusan masak. Ahh.. Mereka punya warna yang berbeda
hingga sampai detik ini aku merindukan mereka, merindukan wajah mereka setiap
kali bangun tidur dipagi hari, merindukan tingkah mereka yang konyol dan lucu. Kita
KKN lagi yukkk~
Desa Sejuta Cerita
Desa dibawah kaki gunung, yang airnya sejuk bange tapi udaranya
juga panas bangett (walau ga sepanas ciputat juga), itulah desa pangradin~ desa
kecil sejuta cerita. Jalan yang dilalui jika mau ngajar di sekolah harus nanjak
dulu, duhh.. bagi aku cobaan banget deh, entah berapa derajat yakin deh tambah
kurus kalo tiap hari. Huhu. Dan semua lelah itu hilang begitu saja ketika
berpapasan dengan wajah-wajah polos anak-anak di sekolah yang semuanya langsung
menghampiri kami untuk mencium tangan. Dan sepanjang perjalanan ke sekolah juga
tidak dilalui begitu saja, setiap berpapasan dengan orang kita mengucapkan
“punten” yang artinya permisi dan dijawab dengan “mangga” artinya silahkan,
wahh.. kosakata baru nih bagiku yang memang asli betawi ga ngerti sunda-sundaan
^,^ , dan tidak sertamerta mengucapkan begitu saja, aku harus selalu pasang
wajah senyum ke mereka, agar mencairkan suasana sebagai orang pendatang di desa
tersebut. Pernah suatu ketika aku dari puskesmas pangradin satu ke pangradin
dua tempat aku tinggal, dengan isengnya aku dan maya menghitung berapa kali
mengucapkan “punten” ke setiap orang yang dilalui, terhitung hampir 20 kali
kata itu tak lepas dari bibirku. Wah benar-benar peradaban yang baru, mereka
juga sangat welcome terhadap kami, tak jarang senyum pun selalu mereka
lemparkan kepada kami.
Cerita unik yang selalu mengingatkanku khususnya dengan yang
cewe-cewe nih, biasanya kita setiap ke suatu tempat (seperti ke tukang bakso,
kerumah pak RT) pasti pulangnya selalu melewati jalan yang berbeda, tujuannya
ya biar jadi tau daerahnya dan menemui orang yang berbeda pula, namun alhasil
kita akhirnya nyasar juga dan nanya-nanya juga deh sama warga .. hahaha, jadi
setiap lewatin rumah-rumah disana seperti masuk labirin yang ga tau dimana
tempat keluarnya, rumah-rumah disana sangat berdekatan dan jalanan hanya bisa
dilalui jalan kaki, tapi anehnya ada aja yang bisa bawa masuk motor, disitulah
hebatnya mereka. Wkwkwk.
Tak terlupa pula, ada satu jajanan favorit kelompokku yang tidak
pernah absen setiap harinya untuk dibeli, Cilung (aci digulung) begitulah nama
jajanan tersebut. Cilung terbuat dari aci dengan campuran air dan ditaburi
bumbu aida (semacam boncabe jika di Jakarta) dan satu butir telur untuk
menambah nikmat citarasa dan tak ketinggalan pula serundeng ditaburi diatasnya
ketika aci sudah digulung, dan terakhir celupkan ke saos. Taraa.. Cilung siap
disajikan. Harganya yang super duper murah hanya 3000 rupiah dengan ukuran yang
menurutku besar juga (dibanding jajanan di Jakarta maksudnya). Jajanan itu pula
yang pertama kali aku jajali ketika sedang melihat-lihat bangunan sekolah di
hari-hari awal ketika disana. Karena bagiku ga afdol rasanya jika berkunjung ke
suatu tempat tidak mencoba jajanan khas daerah tersebut. Dan pada akhirnya
jajanan itu pula jadi kesukaan teman-teman kelompokku.
Bagiku, hal yang tak terlupa juga bahkan betapa bahagianya takdir
menuntunku ke desa ini adalah ketika pulang ke rumah selepas mengajar di
sekolah yaitu pemandangan hamparan sawah nan hijau yang menyejukkan mata meski
udara tak sesejuk yang dilihat oleh mata. Tempat baru, orang baru dan
pengalaman baru itulah yang aku rasakan, bertemu dengan banyak orang baru
dengan berbagai sikap yang kudapati. Klasik sekali, aku menyukai anak-anak, aku
menyukai mereka karena mereka selalu jujur dalam bersikap, karena mereka aku
selalu semangat meski mata ngantuk dan badan sudah lelah, karena mereka juga
aku selalu merasa menjadi “princess” padahal aku bukanlah apa-apa dan memang
belum menjadi apa-apa. “assalamualaikum kakak” itulah sapaan khas mereka ketika
mereka datang ke tempat tinggal kami untuk belajar bahasa arab, bahasa inggris
, matematika dan lain-lain. Tingkah mereka yang terkadang bikin seneng plus
bikin kesel juga, semangat belajar mereka yang memompa semangatku untuk berbagi
sedikit ilmu yang ku miliki. Dan satu hal lagi yang bikin ku terharu, meski
sangat singkat kebersamaanku dengan mereka, mereka sudah hafal mufrodat bahasa
arab yang ku ajarkan lewat lantunan lagu. Sungguh rasanya bahagia itu amat
sederhana ketika apa yang kita bagi terkenang di memori mereka, semoga mereka
selalu mengenangku, mengenang apapun yang ku beri untuk mereka.
Desa pangradin mungkin seperti kebanyakan desa lainnya, desa kecil
yang mempunyai banyak cerita. Salahsatunya disana terdapat curug yang jaraknya
2 km dari tempat kami yaitu curug Bandung namanya, konon curug itu dinamai
dengan curug bandung karena menurut cerita warga desa situ didalam curugnya ada
jalan semacam lorong yang jika ditelusuri akan sampai di sebuah curug (atau
tempat) di Bandung. Dan konon menurut banyak cerita bahwa diatas curug itu ada
semacam batu yang berbentuk seperti orok (bayi). Aku dan teman sekelompokku memang
tidak kesana, karena beberapa kendala. Curug tersebut pun menyimpan cerita yang
cukup horor, jika kita tidak menjaga sikap dan ucapan kita disana kelak akan
mendapat musibah atau celaka, seperti yang dialami oleh salahsatu temanku dikelompok
81. Dan lagi-lagi kami mendengar cerita tentang curug tersebut dari warga desa
bahwa memang curug tersebut terlihat seperti curug biasa yang tidak terlalu
indah. Curug itu sangat dekat sekali dari desa tempat aku tinggal, letaknya di
gunung gede pangradin, walau curug tersebut menyimpan cerita-cerita horor tetap
banyak pengunjung yang mendatanginya karena rasa penasaran, terbukti ada
kelompok KKN dari desa Cikopomayak yang jauh-jauh hanya ingin ke curug
tersebut. Dan pesan dari warga asli desa pangradin, jika ingin kesana harus
jaga sikap dan omongan, dan harus mengajak warga asli desa pangradin agar tidak
ceroboh dan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Tidak hanya curug tersebut,
kami banyak mendengar cerita lainnya bahwa jika warga desa ingin ke hutan
khususnya ibu-ibu yang ingin berkebun ke hutan maka harus memakai pakaian
seperti laki-laki, karena jika tidak akan diganggu sekawanan dari monyet-monyet hutan, dan babi-babi hutan akan
masuk desa jika sudah kelaparan.. hiiww serem yaa..
Desaku Surgaku
Begitulah aku menyebutnya, desa kecil dengan budaya dan tradisinya
yang 90 derajat berbeda dari tempat tinggalku. Setiap detik suasana disana
sungguh aku merindukannya. Aku ingin desa itu jadi surga bagi pendatang
sepertiku, hanya sedikit dipoles dengan kesadaran warganya akan lingkungan.
Disana ada kali cikeam yang airnya mengaliri sawah warga, namun disaluran yang
lain, kali tersebut dijadikan tempat pembuangan sampah. Sungguh miris aku
melihatnya, karena jika terus berlanjut seperti itu hingga jangka panjang maka
tak ayal penyakit yang tersebar pun semakin banyak dan bencana lainnya pun akan ada. Karena itu,
kelompok kknku berinisiasi untuk membuat TPA (tempat pembuangan akhir) untuk
warga desa pangradin agar mereka tidak lagi membuang sampah di kali. Namun kita
lagi-lagi hanya seorang mahasiswa yang mencoba cari cara untuk keluar dari
belenggu tersebut, usulan kita pun direspon cukup baik oleh para RT dan RW ,
karena memang sesungguhnya inisiatif tersebut sudah dirancang dua tahun
sebelumnya namun semua terkendala di kepala desa dan pada akhirnya keinginan
kita dan para RT selaku wakil warga pupus, dan selalu mencoba mencari cara
untuk menghadapi masalah tersebut. Tak dapat aku sebutkan alasan kepala desa
menolak hal tersebut, karena jika kami lihat juga masih sulit mencari tempat
yang cocok untuk dijadikan TPA.
Berbagai usaha pun kita lakukan, diantaranya dengan seminar
kesehatan lingkungan dengan maksud agar warga semakin sadar akan perlunya
lingkungan yang sehat. Namun walau aku yakin tidak sepenuhnya memberi pengaruh,
setidaknya mereka tau bahwa kami telah berusaha “membantu” mereka, karena hidup
sehat juga berawal dari lingkungan yang sehat.
Fokus kkn ku bukan hanya kepada kesehatan lingkungan namun juga
pendidikan, terbukti kami berhasil merevitalisasi perpustakaan di SDN Pangradin
02, membereskan buku-buku, membeli rak buku yang baru, mengecat ulang, dan
memberikan sumbangan buku yang kami kumpulkan. Tidak hanya itu, aku sungguh
miris lihat kondisi pesantren salaf disana, terbuat dari kayu dan bilik, tidur
hanya beralaskan tikar dan ruangan yang sangat kurang kondusif untuk belajar,
sejujurnya memang kami tidak banyak membantu kondisi fisik pesantren-pesantren
disana, namun alhamdulillah kami berhasil mewakafkan al-qur’an dan kitab-kitab
yang diajarkan di pesantren tersebut. Semua yang kami lakukan tentunya berharap
jadi amal jariyah untuk kami kelak. Amin
Desa pangradin, desa kecil sejuta cerita desaku surgaku begitu aku
menyebutnya, aku berharap semakin maju peradaban disana, tentunya di bidang
pendidikan yang menurutku masih terbelakang. Jika tidak bisa menjaganya dengan
baik setidaknya tidak merusak, jagalah keindahan alam yang kau punya wahai
tempatku mengabdi, pangradin~.
Azzahy, September 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar